Memperkaya Kearifan Lokal Indonesia Melalui Seni Sastra Tradisional


Kuningan, UPMKNews-Indonesia adalah negeri yang kaya akan seni dan budaya. Salah satu warisan budaya yang memiliki keunikan tersendiri adalah Seni Sastra Tradisional, di antaranya adalah pupuh.

Pupuh merupakan bentuk puisi atau syair yang memiliki ciri khas dalam bentuk dan iramanya. Seni sastra ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu.

Pupuh memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari bentuk puisi atau syair lainnya. Salah satunya adalah pola irama yang teratur dan konsisten. Pupuh menggunakan sistem pengaturan suku kata atau “pangangge” yang mengatur penempatan suku kata dalam setiap barisnya. Pola irama pupuh memberikan keunikan dan keindahan tersendiri saat diucapkan atau dibacakan.

Selain itu, pupuh juga memiliki tema yang beragam. Beberapa pupuh mengangkat tema religi, seperti pupuh Pangkur yang berisi pujian kepada Tuhan. Ada juga pupuh yang mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari, seperti pupuh Ginanti yang bercerita tentang kasih sayang antara suami dan istri. Melalui berbagai tema ini, pupuh menjadi sarana untuk menyampaikan pesan moral, nasihat, dan kearifan lokal yang turun-temurun.

Pupuh bukan hanya sekadar puisi yang indah, tetapi juga melibatkan unsur musik dalam penyajiannya. Tradisi pupuh biasanya disertai dengan alunan gamelan atau pengiring musik tradisional lainnya. Hal ini menjadikan pupuh tidak hanya sebagai puisi lisan, tetapi juga sebagai seni pertunjukan yang menggabungkan elemen suara dan gerakan.

Kearifan lokal Indonesia tercermin dalam pupuh melalui penggunaan bahasa daerah dan istilah-istilah khas setiap daerah. Dalam pupuh Jawa, misalnya, banyak digunakan kata-kata dalam bahasa Jawa yang memiliki makna mendalam dan kaya akan nilai-nilai budaya Jawa. Penggunaan bahasa daerah ini menjadi salah satu cara untuk melestarikan dan menghormati keanekaragaman budaya di Indonesia.

Pupuh juga menjadi media yang efektif untuk mewariskan pengetahuan dan tradisi kepada generasi muda. Dalam pupuh, terkandung nilai-nilai kehidupan, adat istiadat, dan sejarah suatu daerah. Dengan mempelajari dan menghayati pupuh, generasi muda dapat memahami lebih dalam tentang identitas budaya dan jati diri sebagai bangsa Indonesia.

Sayangnya, dalam perkembangan zaman yang terus berubah, pupuh menghadapi tantangan dalam upaya mempertahankan eksistensinya. Minat terhadap pupuh cenderung menurun, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terpapar oleh budaya populer dan global.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya kolektif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pendidik, dan masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan pupuh sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia, Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memasukkan pupuh ke dalam kurikulum pendidikan. Pendidikan tentang seni sastra tradisional, termasuk pupuh, dapat diajarkan kepada siswa di sekolah-sekolah sebagai bagian dari mata pelajaran sastra atau budaya lokal.

Dengan demikian, generasi muda akan memiliki kesempatan untuk mengenal, belajar, dan mengapresiasi keindahan pupuh sejak usia dini.Di Stkip muhammadiyah kuningan ada mata kuliah khusus pupuh untuk memaksimalkan pelajaran pupuh untuk sekolah dasar.

Selain itu, penting juga untuk mengadakan berbagai kegiatan dan acara yang mempromosikan pupuh kepada masyarakat luas. Misalnya, festival pupuh, pentas seni, atau kompetisi sastra tradisional. Melalui acara-acara ini, publik dapat lebih mengenal pupuh, menyaksikan pertunjukan pupuh secara langsung, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan pupuh. Dengan demikian, minat dan apresiasi terhadap pupuh dapat tumbuh dan berkembang.

Peran media juga tidak kalah pentingnya dalam memperkenalkan pupuh kepada masyarakat. Melalui media cetak, media online, atau media sosial, informasi tentang pupuh dapat disebarkan secara luas dan mudah diakses oleh banyak orang. Artikel, video, atau podcast yang mengulas tentang pupuh dapat menjadi sarana edukasi dan promosi yang efektif.

Selain itu, dukungan dari pemerintah dan lembaga budaya juga sangat diperlukan dalam memperkuat eksistensi pupuh. Pembentukan komunitas seniman pupuh, penyelenggaraan lokakarya, pemberian dukungan dana untuk produksi dan pertunjukan pupuh, serta pengakuan resmi terhadap pupuh sebagai warisan budaya takbenda dapat memberikan dorongan yang signifikan bagi keberlangsungan pupuh.

Pupuh adalah harta karun budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. Keunikan dan keindahannya sebagai seni sastra tradisional dapat menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Melalui upaya kolaboratif dari semua pihak, pupuh dapat terus hidup dan berkembang, menjaga kearifan lokal Indonesia tetap bernyawa di tengah arus globalisasi yang kian deras.

Sumber : Ridwan Suwandi (Mahasiswa semester 6, PGSD C)

Editor : DIR


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp