Menciptakan Destinasi Pendidikan dalam Bingkai Pengembangan Kelembagaan melalui Research-Based Development Strategy


Prawacana

Pengelolaan pendidikan harus didasarkan pada kebijakan akademik. Kebijakan akademik yang menjadi dasar pengembangan tersebut akan menjadi tonggak utama dalam pelaksanaan pengembangan kelembagaan. Pengembangan lembaga pendidikan hari ini telah mengalami perubahan mindset, dari social-minded menjadi industrial financial-minded. Diakui atau tidak bahwa lembaga pendidikan hari ini tidak sekedar lembaga sosial yang berorientasi murni pada pengabdian kepada masyarakat. Namun, lebih dari itu, pengembangan pendidikan saat ini lebih berorientasi pada tatanan bisnis yang mesti memiliki nilai finansial. Realita ini tidaklah dimaknai bahwa lembaga pendidikan hari ini rendah dari nilai-nilai akademik atau rendah kualitas dibandingkan dengan masa lalu. Yang perlu dipahami adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan hari ini berbasis pada manajemen korporasi yang mengedepankan pada input management, excellent service, product innovation, dan marketable product. Sehingga, pendekatan industrial-financial minded justru memiliki nilai plus karena lembaga pendidikan kini sangat concern terhadap atmosfer kompetitif setiap saat.

Input management dimaknai sebagai sebuah tata kelola yang dilakukan lembaga pendidikan dalam melakukan rekrutmen mahasiswa, rekrutmen dosen dan karyawan. Melalui pengelolaan input yang baik, maka sebuah lembaga pendidikan akan mampu mengukur tingkat ketercapaian di masa mendatang. Pengelolaan dalam proses rekrutmen ini akan memberikan gambaran awal bahwa mahasiswa yang kita terima, dosen maupun karyawan yang kita terima harus diperlakukan seperti apa?, diberikan hak apa?, dan diberikan kewajiban apa?.

Excellent service merupakan satu perlakuan yang diberikan kepada mahasiswa dan civitas akademika STKIP Muhammadiyah Kuningan dalam mendapatkan hak-hak mereka sesuai posisi mereka masing-masing. Excellent service atau layanan prima ini  memiliki titik tekan kepada mahasiswa sebagai customer dalam istilah lain. Titik tekan yang dimaksud adalah memberikan perlakuan yang baik kepada mahasiswa dalam penyampaian kebijakan-kebijakan lembaga. Memberikan layanan prima kepada mahasiswa bukan berarti mengabaikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan dalam aturan perundang-undangan lembaga. Layanan prima dimaksud dalam konteks pendidikan di STKIP Muhammadiyah Kuningan diimplementasikan dalam pemberikan perkuliahan oleh  para dosen sesuai prosedur dan pemberian layanan administrasi menyangkut kegiatan non-akademik dengan hangat serta penuh nilai-nilai kekeluargaan dalam gaya komunikasi.

Product-innovation adalah sebuah strategi unggulan yang dilakukan STKIP Muhammadiyah Kuningan dalam memberikan layanan pendidikan kepada mahasiswa untuk senantiasa memiliki kekhasan di perguruan tinggi muhammadiyah. Nuansa kekhasan ini didasarkan pada visi misi STKIP Muhammadiyah Kuningan yang merupakan acuan akademik dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan akademik. Pembaruan produk dimaksud adalah lulusan STKIP Muhammadiyah Kuningan wajib untuk memiliki keterampilan-keterampilan non-akademik sebagai penunjang kompetensi utama di bidang akademik sesuai program studi masing-masing.

Marketable product dimaksud adalah bahwa lulusan STKIP Muhammadiyah Kuningan harus memiliki kepribadian supel, pengetahuan akademik yang mumpuni, dan keterampilan non-akademik yang menjadi nilai plus dibandingkan dengan mahasiswa di perguruan tinggi lain. Dengan kata lain, mahasiswa STKIP Muhammadiyah Kuningan memiliki tingkat daya saing tinggi dalam kancah lokal maupun regional dalam konteks pergaulan publik. Keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa STKIP Muhammadiyah Kuningan berasal dari peningkatan mutu akademik di lembaga melalui transfer of knowledge (penguatan pengetahuan), transfer of skill (penguatan keterampilan) dan transfer of value (penguatan nilai ilmu). Ketiga dimensi tersebut akan membentuk kepercayaan dimensi-dimensi penting lainnya, yakni building of knowledge (membangun pengetahuan baru), building of skill (membangun keterampilan praktis), building of trust (membangun kepercayaan) sampai pada muara public-trust (kepercayaan publik/masyarakat).

 

Strategi Kepemimpinan

John Maxwell-sang ekonom, motivator, dan public consultant-mengatakan bahwa seorang pemimpin yang hebat adalah ia mampu menciptakan visi oleh dirinya sendiri dan dilaksanakan oleh banyak orang untuk mengimplementasikannya. Selain itu juga, ia mengatakan bahwa seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk melaksanakan visi dirinya, namun ia tidak melakukan intervensi dalam pelaksanaan teknis bawahannya atas apa yang diinstruksikannya.

Analogi pemikiran Maxwell di atas dapat diejawantahkan setidaknya  ke dalam beberapa pemikiran saya selaku Ketua STKIP Muhammadiyah Kuningan. Pertama, membangun sebuah perguruan tinggi harus berawal dari visi pribadi yang searah dengan visi pengembangan lembaga. Sebagai calon pemimpin memang harus kuat berlari, siap secara fisik maupun psikis, dan mampu meninggalkan competitor lain se levelnya. Namun, bilamana sudah menjadi seorang pemimpin, ia harus mempertimbangkan ritme kecepatan berlarinya. Karena saat menjadi seorang pemimpin, ia tidak lagi berlari sendirian, tidak lagi memikirkan kekuatan dirinya semata, dan tidak lagi memiliki target pencapaian mimpi hanya untuk dirinya saja. Seorang pemimpin pasti memiliki pasukan. Pasukan yang dimilikinya harus dipersiapkan agar mampu berlari bersama, memiliki kekuatan terpadu yang harmonis-mengisi kekuatan satu dengan lainnya, serta memiliki tujuan yang sama menuju target di muara kesuksesan.

Kedua, seorang pemimpin harus memiliki target ketercapaian sebuah program. Target-target ini harus tertuang dalam Statuta Lembaga dengan turunannya pada Rencana Induk Pengembangan Lembaga tahun 2010-2030, Rencana Strategis tahun 2010-2020 dan 2020-2030, Rencana Operasional perlima tahunan; 2010-2015, 2015-2020, 2020-2025, dan 2025-2030. Pencapaian sebuah target besar dalam pengembangan lembaga haruslah didukung oleh semua potensi yang ada di lingkungan STKIP Muhammadiyah Kuningan. Membangun sebuah dukungan besar dari civitas akademika lembaga harus didasarkan pada tiga aspek utama; keteraturan dalam pengelolaan lembaga sesuai dengan regulasi standar nasional pendidikan tinggi, keterukuran dalam kinerja sesuai profesionalisme dosen dan karyawan, dan kepastian jaminan keberlangsungan hidup karyawan dan dosen sesuai dengan standar jaminan kehidupan yang layak pada tingkat regional dan nasional sesuai level akademik masing-masing.

Ketiga, seorang pemimpin tidaklah cukup memiliki karakter leader dan manager saja, namun ia harus mampu menjadi cracker dalam waktu yang bersamaan. Dalam pola pengembangan kelembagaan, pengambilan kebijakan yang tidak populer sekalipun harus berani diambil oleh seorang pemimpin selama dalam ranah pengembangan kelembagaan ke arah yang lebih baik. Pemimpin harus berani dikatakan ‘gila’ oleh publik ketika ide-ide besarnya dikemukakan namun belum bisa diakui secara faktual. Namun, setelah penyampaian ide-ide besar itu sesegera ditindaklanjut dengan aksi nyata sebagai tahapan menuju implementasi impian besar dan ‘gila’ itu. Menjadi pemimpin besar itu tidak lahir dari sanjungan dan penghormatan besar, namun pemimpin besar terlahir dari sejuta cacian dan cemoohan bahkan ‘keringnya’ apresiasi publik. Dari sinilah seorang pemimpin menjadi kuat dan besar dengan tempaan ujian bertubi-tubi.

Keempat, seorang pemimpin harus mampu menjawab lima sampai sepuluh pertanyaan yang akan ditanyakan oleh bawahannya sebelum bawahannya mempertanyakannya langsung pada dirinya. Analogi ini menunjukan bahwa kepiawaian dalam nilai-nilai akademik dan keluasan wawasan pemimpin tidaklah diragukan lagi bahkan dikalahkan oleh pengalaman bawahannya. Seorang pemimpin harus mampu memprediksi preseden terburuk sekalipun atas kebijakan yang akan dikeluarkan oleh dirinya. Berharap sesuatu yang tidak diharapkan adalah sebuah prinsip dasar seorang pribadi yang siap menghadapi gelombang apapun dalam konteks perjalanan pengembangan lembaga.

Strategi Pengembangan Berbasis Riset

Bermula di awal pendiriannya pada tahun 2009/2010, STKIP Muhammadiyah Kuningan memiliki konsen pada domain pendidikan dan keguruan. Pendidikan dan Keguruan ini merupakan domain strategis dalam upaya keikutsertaan perguruan tinggi untuk mampu memengaruhi kebijakan pendidikan pada tingkat regional maupun nasional. Lembaga pendidikan Tinggi yang dibangun berdasarkan visi besar Islami, Unggul dan Berdaya saing, senantiasa mengedepankan nilai-nilai akademik dalam pengambilan langkah teknis maupun kebijakan kelembagaan. Semua Program Studi yang didirikan oleh STKIP Muhammadiyah Kuningan memiliki tujuan utama untuk memberikan peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran melalui gerakan massif dan terstruktur. Mengingat bahwa sebuah perubahan kehidupan suatu Negara tidaklah mudah jika tidak dilakukan secara bertahap dan istiqomah. Inilah alasan fundamental dalam pendirian lembaga tercinta STKIP Muhammadiyah Kuningan.

Yang perlu kita ingat adalah “kita hidup bukan di ruang hampa udara, namun ada udara yang kita hirup, regulasi Pemerintah melalui Kemenristekdikti dan regulasi Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah”. Udara yang dihirup oleh STKIP Muhammadiyah adalah regulasi yang harus diikuti. Landasan itulah yang menjadi langkah strategis dalam peningkatan mutu lembaga. Perubahan regulasi baik di bidang managemen perguruan tinggi maupun bidang akademik bukanlah kendala dalam pengembangan STKIP Muhammadiyah Kuningan. Dari perubahan inilah, STKIP Muhammadiyah Kuningan memiliki kesempatan untuk meningkatan kualitas kelembagaan menuju perguruan tinggi yang lebih diperhitungkan. Ukuran perguruan tinggi yang berdaya saing tidak mungkin terjadi bila tidak ada regulasi yang memaksa dan kompetisi perguruan tinggi lain terjadi.

Program studi di lingkungan STKIP Muhammadiyah Kuningan secara bertahap mengalami peningkatan dalam perminatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini tidaklah terjadi begitu saja. Ada banyak faktor pendukung yang menjadi alasan peningkatan perminatan ini. Pengakuan publik pada lembaga tercinta ini telah menjadi modal utama bagi kami dalam upaya pengembangan lembaga terus-menerus. Dari modal pengakuan publik inilah, STKIP Muhammadiyah kini mampu melakukan pembenahan secara infrastruktur maupun struktur kelembagaan yang ada di dalamnya. Tahapan kemajuan yang dilakukan dari kurun waktu 6 tahun terakhir ini dapat dilihat dari jumlah mahasiswa aktif yang lebih dari 3000 mahasiswa, kepemilikan tanah yang lebih dari 8000 m2, peningkatan bangunan perkuliahan dan perkantoran yang sedang terus dikembangkan, prestasi akademik mahasiswa yang mengalami peningkatan dengan pengakuan melalui pemberian beasiswa Dikti setiap tahun, prestasi non-akademik; olahraga, seni dan budaya yang terus mengalami peningkatan setiap tahun, serta penambahan tenaga pendidik dan kependidikan yang linier dan professional di bidangnya telah memberikan nuansa baru menuju atmosfer edukasi yang semakin Islami, unggul dan berdaya saing.

Selain dari pencapaian program-program lembaga di atas, posisi demograpi Kabupaten Kuningan, dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah III Cirebon, menempati posisi strategis dalam pengembangan pendidikan. Nuansa alam yang sejuk di bawah kaki Gunung Ciremai dengan aliran air jernih yang menyegarkan dapat menjadi alasan strategis bahwa Kabupaten Kuningan merupakan destinasi pendidikan yang tepat untuk kini dan masa depan. Kabupaten Kuningan, bila dianalogikan, memiliki kesamaan sejarah dengan kondisi dulu dalam pengembangan lembaga-lembaga pendidikan di Malang. Suasana yang sepi dan sejuk, kurang strategis untuk pengembangan industry dan pemasaran, namun, kini Malang telah menjadi kota pendidikan ternama dan diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Dari realitas inilah, STKIP Muhammadiyah Kuningan memiliki visi besar dalam pengembangan kea rah yang lebih besar. Metamorfosa dari Sekolah tinggi menjadi universitas adalah sebuah keharusan yang akan dilakukan oleh STKIP Muhammadiyah Kuningan. Kepemilikan lokasi strategis dalam pengembangan fisik, akses kota yang mudah terjangkau, SDM yang relative muda dan professional, ditambah dengan dukungan masyarakat dengan semakin meningkatnya kepercayaan lembaga, dan kekuatan networking yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah telah menjadi alasan strategis untuk menuju Universitas Pendidikan Muhammadiyah Kuningan-Building Religious and Academic People.

Akhirnya, saya sebagai Ketua, hanya ingin menyampaikan bahwa kekuatan sebuah lembaga pendidikan tinggi berada pada kekuatan mimpi-mimpi personel di dalamnya. Jika optimisme yang dimiliki oleh personel-personel itulah yang akan menguatkan keberlangsungan penjelmaan mimpi itu. Sementara penjelmaan mimpi itu akan secara bertahap terwujud melalui bingkai tindakan rasional praktis hari ini yang mampu kita lakukan. Mohon doa kepada Bapak/Ibu/saudara/saudari, semoga apa yang menjadi harapan kita terwujud kelak dan menjadi satu langkah investasi amal baik di hadapan Allah swt untuk kita temui kelak diharibaan-Nya, amiiin ya robbal alamin.

-Kasdar Al Ade Saputra, MA, Ketua STKIP Muhammadiyah Kuningan-

 


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp