Mengintegrasikan Bank Sampah sebagai Bagian dari Solusi Pengelolaan Sampah di Era Modern


Kuningan, UPMKNews -- Pengelolaan sampah di era modern menjadi tantangan yang semakin mendesak untuk diatasi. Bank sampah menjadi salah satu solusi yang tengah digencarkan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan bank sampah sebagai bagian dari solusi pengelolaan sampah di era modern dengan melakukan beberapa observasi di bank sampah yang terdapat di Tasikmalaya. Beberapa observasi yang dilakukan meliputi pengurangan jumlah sampah di TPA, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan, pengurangan biaya pengelolaan sampah, penghasilan tambahan bagi masyarakat, serta menjadi pusat edukasi lingkungan.

Sampah menjadi masalah global yang semakin mendesak untuk diatasi. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki masalah besar dalam pengelolaan sampah. Seiring dengan perkembangan teknologi dan modernisasi, pengelolaan sampah pun harus diadaptasi agar lebih efektif dan efisien. Salah satu solusi yang tengah digencarkan adalah bank sampah. Bank sampah adalah sebuah program pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Di dalam bank sampah, sampah rumah tangga yang biasanya dibuang begitu saja, diolah dan dijual kembali. Sampah yang telah diolah dan dijual kembali ini dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.

Sejalan dengan itu mahasiswa STKIP Muhammadiyah Kunigan melakukan observasi ke Bank Sampah Umum (BSU) Rumah Bersama yang bertempat di Kp. Sukaroya Rt/04 Rw/05 Desa Karangresik, Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya. Bank sampah tersebut merupakan cabang dari bank sampah di Ciamis. Bank Sampah Umum Rumah Bersama ini berdiri di tanah waqaf sejak tahun 2019, dengan luas bangunan kurang lebih 10x5 m2. Bank sampah ini dikelola oleh para pemuda dan menjadi salah satu program kerja kepemudaan di daerah tersebut, dengan jumlah pengelola sekitar 6-10 orang. Waktu bekerja setiap harinya dilakukan 2 hari dalam seminggu. Proses pengelolaan sampah diawali dengan penarikan sampah dari rumah warga dengan menggunakan motor pengangkut sampah.

Setiap kali melakukan penarikan dan pemilahan sampah terkadang para pemuda selalu menggunakan atribut seperti masker, sepatu pelindung, sarung tangan dan baju seragam. Para pemuda mendapatkan upah kurang dari Rp.500.000 setiap bulan dengan sistem penggajian yang tidak menentu, terkadang beres penjualan atau saat itu juga. Bank sampah ini menerima serbagai macam sampah dari warga sekitar dengan jenis sampah seperti: sampah kertas, sampah tekstil, sampah botol, sampah logam, sampah elektronik, plastik, sampah cacahan dan food waste. Setelah sampah diterima dilakukan beberapa proses meliputi: a) Di cek isi sampahnya, b) Dipilah lebih detail, c) Dipacking, d) Disimpan di stok gudang, e) Dikirim ke perusahaan (pabrik/pengepul).

Dari setiap sampah yang diterima, terdapat barang yang rijek (tidak layak jual) dengan persentase lebih dari 20%. Proses yang dilakukan terhadap sampah tersebut dengan cara dibakar, diangkut menuju TPS/TPA sampah dan mendaur ulang sampah dengan membuat suatu barang yang berguna.

Harapan dari pemuda selaku pengelola bank sampah ini “Berharap dapat memberikan dampak bagi alam dalam pelestarian lingkungan dan ingin mensejahterakan masyarakat dalam berbagai aspek salah satunya adalah memanfaatkan waktu luang pada kegiatan yang lebih bermanfaat bagi sesama juga ingin meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan menambahlowongan pekerjaan di bank sampah ini. Untuk kedepannya berharap bank sampah ini bisa berkembang dan menjadi lebih besar lagi dalam hal penerimaan sampah dari berbagai masyarakat yang ada di sekitar daerah bahkan dari luar daerah”.

Kemudian harapan terhadap warga “Harapannya warga dapat mensuport kami dalam pemisahan dalam sampah organik dan non organik serta memisahkan tempat sampah sesuai jenisnya. Menjaga lingkungan agar tidak membuang sampah sembarangan”. Narasumber pun menyampaikan harapannya kepada pemerintah agar dapat memberikan bantuan fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan di Bank Sampah seperti tong sampah organik dan nonorganik di setiap rumah warga dan kebutuhan yang menunjang kemajuan yang lainnya. Seperti baju, sarung tangan, alat daur ulang sampah, dan lain-lain.

Dari observasi diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi bank sampah dalam pengelolaan sampah dapat membantu mengurangi jumlah sampah di TPA, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan, mengurangi biaya pengelolaan sampah, memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat, serta menjadi pusat edukasi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk menerapkan bank sampah dalam pengelolaan sampah di Indonesia.

Sumber: Agus Ismail, Balqis Tsuroyya P, Indri Faizal R, Jihan Khoerunissa, Najia Ramadiana, Rinrin Riani, Riva Fauziah (Mahasiswa Aktif PGSD Semester 6 STKIP Muhammadiyah Kuningan)


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp