Menjadi Entrepreneur Itu Tidak Harus Ulet dan Telaten, Tapi Berani Mencoba dan Tidak Takut Gagal


Kuningan –  Mengisi waktu luang sembari menikmati secangkir kopi bersama keluarga dan teman memang sangat meyenangkan. Siapa sangka kebiasaan ini ternyata mampu melahirkan peluang bisnis yang menarik dan dengan keuntungan mengesankan. Melihat besarnya animo masyarakat terhadap aneka jenis minuman kopi, bisnis kedai kopi tak pernah sepi pelanggan, meski berada di tengah gempuran coffeshop yang belakangan ini menjamur.

Nunu Nurfirdaus, M.Pd, seorang Dosen di Perguruan Tinggi Swasta STKIP Muhammadiyah Kuningan, sudah mencoba mengembangkan bisnisan kedai kopi sejak awal tahun 2018. Hingga kini Ia sangat optimis bahwa selain kesibukannya mengajar di kampus, kedai kopi miliknya menjadi sampingan yang bisa mendatangkan tambahan penghasilan.

Terletak di Jl. Raya Ciawigebang, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan tepatnya disebrang salah satu Sekolah Dasar (SD) di Ciawigebang, sebuah kedai kopi dengan nama yang nyentrik ‘FABRIEK KULTUR.’ Sebuah kedai kopi yang berukuran 12 m x 6 m, kini ramai dikunjungi para pecinta kopi khususunya kalangan anak muda.

Bersama teman semasa kuliah S1, Nunu Nurfirdaus optimis dengan modal keyakinan dan keberanian, khasanah perkopian di era milenial menjadi magnet tersendiri. "Lalu kami berinisiatif untuk mendirian sebuah coffeshop di lokasi yang cukup strategis dan hampir 24 jam aktifitas disana selalu ramai," ungkap Nunu, Senin (20/1).

Kedai kopi yang di beri nama FABRIEK KULTUR, mengandung makna filosofi yaitu “fabriek berasal dari bahasa Jerman yang mengandung arti memproduksi, kemudian kata kultur mengandung arti budaya, atau tempat bertemunya orang, dengan harapan setiap orang yang singgah dan minum kopi di fabriek kultur, bisa mendapatkan ide atau gagasan serta bertukar pikiran," tegas Adit yang merupakan salah satu pendiri fabriek kultur saat dikonfirmasi terpisah (20/1).

"Dengan singgah di Fabriek Kultur akan banyak menghasilkan sesuatu dan menciptakan banyak hal layaknya pabrik tetapi memiliki kultur”, sambung Nunu.

Menu yang dapat ditemukan di Fabriek Kultur, tak jauh dari yang namanya kopi, bermula dari tujuan Fabriek ingin mengedukasi lingkungan sekitar tentang kopi, maka Fabriek Kultur sedikit-sedikit mengenalkan kopi melalui varian menu kopi yang soft dan medium, melalui Vietnamese Coffe, Es Kopi Susu (dengan pilihan Es Kopi Susu Original dan Es Kopi Gula Aren). Untuk menu yang terakhir, masih jadi primadona para pengunjung Fabriek hingga saat ini, kata Adit.

Tak hanya itu bagi yang sudah kadung doyan dengan Single Origin, di Fabriek Kultur pun bisa kalian pilih menu Manual Brewing; V60, Flat Bottom, French Press, Japanesse, atau yang klasik dan khas yaitu Kopi Tubruk juga bisa ditemukan di Fabriek Kultur. "Tinggal pilih beans yang disukai, Tukang Seduh Fabriek dengan senang hati menyeduhkannya setiap pukul 17.00 sampai dengan 23.30", pungkas Nunu. (sekre/asa)


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp