MENULIS ADALAH JALAN KEABADIAN


Kuningan, UPMKNews -- Sebagai manusia, tentu kita mendambakan umur yang panjang, sehat jiwa dan raga, serta abadi dalam keberkahan. Namun, secara realita kita tidak akan pernah bisa menggapai itu semua, karena manusia hanyalah makhluk yang rapuh dan fana, sedangkan Keabadian hanya milik Dia Yang Maha Kuasa.

Akan tetapi, tahukah kamu bahwa sebagai manusia yang fana, kita memiliki satu jalan rahasia yang akan menghantarkan kita pada keabadian yang nyata? Jalan ini tidak membutuhkan obat-obatan, guna-guna atau jampe-jampe-an, bahkan seorang anak kecil pun mampu menempuh jalan ini sendirian. Ya! Jalan itu adalah Tulisan.

Dengan menulis, kita akan abadi dalam kenangan hingga akhir kehidupan. Menulis juga mempu menghantarkan kita kepada maqom “’Abdan Syakuura” (hamba yang senantiasa bersyukur), hal ini telah Allah SWT. terangkan dalam firman-Nya QS.Al-Qalam [68] : 1, “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan,”.

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsirnya (Al-Munir), menafsirkan ayat pertama ini sebagai isyarat akan besarnya nikmat atas pena dan apa yang diltuliskannya. Karena keduanya adalah salah satu dari berbagai nikmat yang diberikan kepada manusia setelah nikmat berbicara dan menjelaskan.

Selain itu, beliau juga menerangkan bahwa pena dan tulisan ini menjadi jalan dalam pendidikan dan penyebaran ilmu pengetahuan antar individu, kelompok, bangsa dan agama. Serta menjadi bukti nyata atas kemajuan dan kejeniusan bangsa manusia.

Maka dari itu, hal ini patut dan wajib disyukuri, sebab nikmat inilah kita masih bisa bekerja sama dan meneruskan ilmu pengetahuan untuk memajukan kualitas hidup manusia. Sahabat Umar bin Khattab r.a. pernah berkata: “Ikatlah Ilmu, dengan Menulis” (HR.Ad-Adaramiy). Perkataan Sahabat Umar r.a. ini menunjukkan pentingnya menulis apa yang kita ketahui, agar ilmu tersebut tidak terlupakan, dan generasi yang datang dapat mempelajari dan bahkan memperbaruinya untuk kemaslahatan.

Imam Malik juga pernah menerangkan dalam kitabnya (I’anatut-thalibin ‘ala halil- alfadz fathul mu’in), bahwa “Ilmu adalah gembala, dan menulis adalah ikatannya”. Hal tersebut mengandung arti, bahwa ilmu itu bisa sewaktu-waktu lepas dari ingatan manusia sebagaimana hewan gembala, sehingga haruslah ada tali yang mengikatnya agar ia tidak lepas dari genggaman kita.

Lantas sebenarnya, kenapa menulis itu penting? Hal apa yang harus dimiliki seorang penulis? Dan bagaimana agar tulisan kita dapat menyentuh esensi masalah? Semua pertanyaan itu akan kita bahas satu per satu.

1. Kenapa Menulis itu Penting?

Alasan yang pertama adalah karena Revolusi Teknologi. Dalam beberapa abad ini, teknologi manusia mengalami perkembangan yang sangat masif. Sehingga mengharuskan manusia untuk terus belajar dan menggali informasi dari setiap sisi perkembangan teknologi. Perkembangan ini pun mempermudah kita dalam menyebarkan ilmu pengetahuan ke seluruh penjuru bumi. Oleh karenanya, jika manusianya malas untuk menulis, maka akan dipastikan kesejahteraan ilmu maupun ekonominya pun akan melandai dan pasif.

Kedua, Berkembangnya Ragam Pemikiran di tengah masyarakat. Perkembangan pemikiran ini berimbas pada tingginya potensi perpecahan yang mungkin terjadi di bangsa sendiri, bahkan antar bangsa di bumi. Oleh karena itu, kita dituntut untuk menyebarkan ilmu dan informasi relevan yang dapat mempertahankan dan bahkan memperkuat tali persaudaraan, baik dari sisi kemanusiaan, keagamaan, dan atau kebangsaan.

Ketiga, maraknya Kompetisi antara yang Baik dan Buruk. Sebagai bentuk kesadaran kita sebagai manusia, tentulah kita selalu ingin hal yang baik begitu pula mengenai ilmu dan informasi. Tetapi banyak pula kelompok atau oknum manusia yang ingin menyesatkan dan mencelakai manusia melalui penyebaran ilmu dan teknologi ini. Oleh sebab itu, tulisan yang baik diharapkan dapat menjaga manusia dari penyalahgunaan tersebut.

Empat, Wujud Kemampuan Literasi. Kita tentu sering mendengar kata “Literasi”. Selain membaca, literasi juga dapat kita artikan sebagai bentuk kemampuan manusia dalam memahami dan menyesuaikan diri dalam kehidupannya. Maka setelah manusia mampu membaca, memahami, dan beradaptasi, ia haruslah mampu membawa manusia lainnya untuk menjadi manusia seutuhnya melalui tulisan- tulisannya.

Terakhir, Eksistensi Diri. Keberadaan manusia tidak diakui dari seberapa ia aktif bekerja, seberapa banyak uangnya, atau seberapa besar rumahnya, akan tetapi eksistensi manusia diakui dari seberapa banyak perkataan dan perbuatannya yang mampu membawa perubahan kepada yang lebih baik. Sebab manusia adalah makhluk sosial dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Maka, menulis juga bisa menjadi penghantar manusia untuk bisa bermanfa’at bagi manusia lainnya.

2. Hal Apa yang Harus Dimiliki Seorang Penulis?

Sebelum menjadi seorang penulis, alangkah baiknya kita memperhatikan etika dan hal-hal yang harus kita miliki. Hal ini tentu akan sangat berakibat pada “Kebermanfa’atan” tuisan yang akan kita sebarkan. Seorang Dosen Fakultas Ilmu Hadits Ma’had ‘Aly Balekambang, Jepara, Jawa Tengah, menjelaskan beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar tulisannya bermanfa’at dan memiliki nilai keberkahan didalamnya.

Berikut hal-hal yang harus dimiliki seorang penulis menurut Ust.Ahmad Fajar Inhald, LC. (Dosen Fakultas Ilmu Hadits Ma’had ‘Aly Balekambang – Jawa Tengah) :

1) Benar & Adil

Hal ini telah diterangkan dalam QS.Al-ahzab : 70; Allah SWT. menyandingkan “Takwa” dengan “Menyampaikan Perkataan yang Benar”. Hal ini tentu menjadi peringatan kepada kita bahwa tidak akan sempurna Ketakwaan seorang Hamba apabila perkataannya tidak sesuai dengan kenyataan. Dan QS.Al-An’am : 152; bahwa kita harus senantiasa berlaku adil dalam setiap hal, begitu juga dalam menulis.

2) Bertanggungjawab

Setiap amal perbuatan manusia pasti akan dipinta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Dia berfirman : “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).(QS.Qaf : 18).

3) Sesuai Kompetensi

Sebelum memulai untuk menulis, kita harus mengenali apa yang menjadi keahlian kita. Apakah ahli di bidang olahraga, sains, wirausaha, atau teknologi. Karena selain mempermudah proses menulis, kepakaran atau keahlian kita akan sangat mempengaruhi kedalaman ilmu dan informasi yang akan kita tulis. Allah SWT. berfirman : “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’ : 36).

4) Meniatkan Nasehat

Maksudnya adalah sebelum menulis kita harus memiliki niat tulus dan menjadikan tulisan tersebut sebagai nasehat untuk diri sendiri. Sehingga saat tulisan yang kita tulis tidak diterima oleh siapapun, kita tidak akan memiliki Rasa Kecewa atas hal tersebut.

5) Menerima Kritik

Sebagaimana pribahasa menyebutkan, “Tak ada Gading yang tak retak”, kita harus menyadari dan mengakui bahwa tidak akan pernah ada tulisan yang sempurna, bahkan tulisan seorang profesor pun tidak akan luput dari kesalahan. Kecuali Al-Qur’anul-Kariim yang telah terbukti ke Agungannya.

6) Terbuka, hal terakhir yang harus dimiliki oleh seorang penulis adalah selalu bersikap TERBUKA dengan perubahan dan memberikan RESPON POSITIF, baik terhadap komentar orang lain, maupun dalam mengomentari tulisan orang lain.

3. Agar Tulisan Menyentih Akar Permasalahan

Saat menulis, kita harus menerapkan istilah “RCA” (Root Cause Analysis) atau cara untuk menemukan akar masalah. Sebab kebanyakan tulisan tidak menyentuh akar dari permasalahan yang diangkatnya. Hal ini dapat terjadi karena salah satu dari 6 poin di atas tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, setelah kita mengetahui keahlian yang kita miliki, kita harus mencari informasi terkini mengenai bidang yang kita kuasai tersebut.

Sebagai contoh, saat kita hendak menulis mengenai perkembangan teknologi internet, maka kita harus menganalisis apa manfa’at dari teknologi ini pada sektor kehidupan, bagaimana perkembangannya, apa dampak baik atau buruknya, dan lain sebagainya. Kita dapat mencari informasi-informasi tersebut melalui website terpercaya seperti APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).

Sumber: Hanif Ahmad Nasrul Haq | Mahasiswa Aktif PTIK Semester 6 (B).


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp