Mengapa Memerlukan Strategi dalam Pembelajaran


Kuningan, UPMKNews -- Strategi belajar mengajar adalah salah satu aspek penting dari promosi belajar mandiri. Pembelajaran mandiri didefinisikan sebagai “kompetensi pelajar untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran secara mandiri, yang melibatkan keputusan berkelanjutan pada aspek kognitif, motivasi, dan perilaku dari proses siklus pembelajaran”.

Strategi pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang dilaksanakan untuk jangka panjang dalam sebuah proses pembelajaran, strategi ini disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien. Antara strategi dan komponen pembelajaran lainnya harus saling terikat satu sama lain dalam proses pembelajaran guna tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai.

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) dalam Pembelajaran IPS

Menurut (Nurfirdaus, 2019) strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan titik proses berpikir itu sendiri biasanya di lakukan tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dalam Pembelajaran IPS

Menurut (Nurfirdaus, 2019) strategi pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari strategi pembelajaran berbasis masalah : SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa yang diperolehnya. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dalam Pembelajaran IPS

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh (Elmawati, 2021), di SD Negeri 05 Surabayo bahwa guru menggunakan model pembelajaran yang cenderung konvensional dan bersifat teacher centered. Pengalaman yang dimiliki siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran yang dilakukan bersifat abstrak. Selain itu siswa hanya belajar dari buku paket dan lembar kerja siswa dan guru kurang mengoptimalkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-harinya sebagai salah satu sumber belajar IPS. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir.

Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning CTL) dalam Pembelajaran IPS

Pembelajaran CTL yang melibatkan guru seharusnya bersifat kontekstual. Dengan demikian, jika siswa merasa dirinya ada bagian dari apa yang sedang diajarkan, karena hal ini dapat membuat siswa merasa lebih memahami dan mengerti arah tujuan dari materi yang disampaikan. Selain itu juga dengan melibatkan siswa ikut serta dalam pembelajaran, mengurangi resiko terjadinya hasil yang kurang maksimal karena terciptanya siswa merasa bosan, tidak aktif dalam setiap pembelajaran, dan merasa asik sendiri dengan aktivitasnya dalam pembelajaran itu. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) dalam pembelajaran IPS

Strategi pembelajaran kooperatif atau lebih disebut juga strategi dengan sistem berkelompok ini sangat membantu bagi siswa yang mengalami kasus merasa malu untuk bertanya kepada guru seacra langsung jika dia tidak mengerti mengenai materi. Selain karena adanya unsur malu bertanya ini juga bisa dikarenakan siswa takut salah dengan pertanyaan yang ditanyakannya. Hal ini bisa mengakibatkan terhadap hasil belajar yang tidak diharapkan, nilai yang didapatkan tidak bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dengan dibuatkannya pembelajaran mengguanakan strategi pembelajaran kooperatif yang bersifat berkelompok memudahkan siswa untuk senantiasa tidak merasa malu dan takut salah ketika bertanya mengenai materi yang kurang dipahami, karena disini siswa bisa bertanya kepada teman sebayanya satu kelompok terlebih dahulu.

Sumber: Nia Kurnia Sari, Dita Komala Sari, Putri Siti Nur Hawa Fadillah (PDSG 4B).


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp