Nanan Abdul Manan: Menjadi Guru Yang Menginspirasi


Kuningan, UPMKnews (Opini) --- Mengajar dan mendidik adalah tugas guru. Guru memiliki kewajiban tidak sekedar menyampaikan materi sesuai dengan target dalam rencana pembelajaran. Namun guru memiliki kewajiban pula bagaimana membentuk generasi yang lebih beradab. Core dari pembelajaran adalah perubahan individu ke arah yang lebih bernilai. Tanpa nilai yang diberikan kepada generasi pemelajar, maka pendidikan dan pengajaran akan abai dari makna proses itu sendiri.

Dalam konteks kekinian, dengan berbagai target yang dicanangkan dan diputuskan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pembelajaran dan pendidikan secara perlahan memberikan pengembangan diri ke arah yang lebih bernilai. Secara historis, konsep pendidikan dan pembelajaran masa lalu tidaklah serapi dan sekomplit hari ini. Begitu pula ketika dilihat dari segi perencanaan, penilaian proses dan evaluasi.

Konsep pendidikan dan pembelajaran masa lalu cenderung stagnan secara metoda dan datar dalam inovasi. Namun, keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran masa lalu telah cukup memberikan prestasi besar di bidang nilai. Nilai itu diartikulasikan sebagai salah satu bagian daripada akhlak dalam konteks religiusitas islam dan moral dalam konteks kelaziman publik. Pendidikan dan pengajaran masa lalu tidak begitu direpotkan oleh pendekatan, metode, teknik, gaya, strategi, dan model pembelajaran yang rumit.

Para guru hanya memberikan teladan bagaimana murid-muridnya dapat berbuat baik untuk dirinya dan untuk orang lain. Sehingga, pendidikan moral menjadi tolak ukur keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di masa lalu.

Adapun pendidikan dan pengajaran masa sekarang cenderung berbicara konsep dan tingginya terminologi. Para guru disibukkan untuk mempelajari dan memahami terma-terma baru, alat peraga, IT support yang diharapkan dapat memberikan kemajuan dibidang kemamuan dan keterampila murid. Sementara sesuatu yang jauh lebih penting dari itu, yakni pengetahuan dan pengaplikasian moral diabaikan.

Masyarakat kini cenderung abai dengan nilai-nilai ketuhanan yang harus ditanamkan pada hati anak-anaknya. Para orang tua kini cenderung bangga ketika anaknya memenangkan olimpiade MIPA dan bahasa Inggris. Ketika anaknya sulit menuruti perintah orang tua, mereka mengangap hal biasa dan hanya menunggu waktu dewasa saja, begitulah celotehnya. Sungguh kasihan dan ironi keadaan hari ini.

Kolaborasi Sistem Pendidikan Masa lalu dan Masa Sekarang

Dari beberpa fenomena historis dan kekinian, nampaknya sistem pendidikan kita harus dikombinasikan antara konsep pendidikan dan pengajaran orang tua dulu dan konsep kekinian yang serba trend dengan IT. Jika kelebihan konsep pendidikan dan pengajaran masa lalu menekankan pada landasan nilai moral/etika atau akhlak namun kurang perhatian dari segi inovasi dan minim akses perkembangan global.

Sementara pendidikan dan pengajaran masa kini memiliki kelebihan dari segi inovasi dan perkembangan perangkat IT yang luar biasa namun sepi dari nilai etika. Jika keduanya bisa dipadukan maka pendidikan nasional kita akan memiliki konsep luar biasa. Kaya akan potensi diri dalam kemampuan dan keterampilan kekinian dan menjunjung tinggi nilai moral yang berlandaskan pada etika budaya bangsa yang diajarkan nenek moyang kita.

Guru Inspiratif

Dengan demikian, menjadi sebuah keterdesakan untuk menciptakan guru-guru inspiratif yang akan menjadi teladan kekinian. Guru inspiratif itu lahir untuk bisa menjadi problem solver bagi ketidakseimbangan antara keterampilan dan etika. Guru inspiratif itu mampu melakukan transfer of knowledge, transfer of skill dan transfer of value.

Ia tidak sekedar mampu mengajarkan dan mendidik para siswanya, namun ia menjadi pribadi yang patut dicontoh secara moral, terjaga harga dirinya, terjamin harkat dan martabatnya di depan masyarakat. Ia tidak ahanya pintar untuk mengajarkan tapi pintar untuk memberikan manfaat terhadap publik. (red)

Oleh: Nanan Abdul Manan (Ketua STKIP Muhammadiyah Kuningan)


Bagikan Berita Ini

Facebook Twitter Whatsapp